1) Apa yang membuat kalian tetap eksis? Pada press release album terakhir sepertinya kalian ingin memuntahkan masa-masa kemelut dalam eksistensi ben ini, sampai-sampai si Superman merasa hampir menyerah.Jrx: Rasa cinta dan dukungan alam semesta yang membuat kami bertahan. Dua faktor tersebut tidak bisa dikalahkan oleh apapun juga.
2) Jika pada masa sulit itu membuat SID bubar, kira-kira kalian akan mengambil alih pekerjaan apa? Kita tau, di Indonesia banyak musisi indie/cutting-edge belum bisa menggantungkan hidup dari nge-ben. Atau kalian memang mendedikasikan hidup sebagai ben punkrock dan trus rock n roll?
Jrx: Jika SID harus bubar, saya akan menjadi aktor atau desainer, Bobby menjadi graphic designer dan atlet badminton, Eka bisa menjadi ahli IT dan multimedia. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Tapi kenyataannya, SID tidak akan bubar. Kita mungkin suatu saat akan meredup, tapi tidak akan pernah padam.
3) Apa yang signifikan dari “Angels & The Outsiders” dibanding album-album sebelumnya?
Jrx: Kita membuka pemikiran orang bahwa nyawa punkrock tidak terletak pada distorsi, makian dan tempo lagu yang cepat. It's all in the lyrics and attitude...
4) We know, industri musik di sini masih mengedepankan sisi komersialisme dibanding mutu karya. Dalam arti, label rekaman cenderung memilih musik yang gampang dicerna, catchy, easy-listening dan akhirnya terlihat seragam. Kalian sebagai ben punk yang tergabung dalam label mayor, apakah juga kompromi dalam berkarya? Apa yang kalian lakukan untuk meyakinkan Jan Djuhana agar SID tetap di label SONY?
Jrx: Dari awal Sony Music sudah tahu karakter SID seperti apa dan kita memiliki gentleman's agreement bahwa label tidak ikut campur di wilayah berkesenian SID. Lagu, lirik, video klip, art work, image, konser, dll kita yang menentukan. Sony memproduseri album, mengurus promo dan distribusinya.
5) Selain di luar itu, apa yang ‘meresahkan’ dari dunia industri musik?
Jrx: Yang meresahkan bukan pelaku industrinya saja, tapi peminat industrinya. Semua bertalian. Selera mereka yang seragam membuat band berlomba-lomba untuk menjadi seragam. Di sini media punya peran besar dalam membentuk selera pasar. Jangan cuma menyalahkan band atau media juga, kita semua ikut terlibat kok dalam kemunduran ini. Dan tidak ada gunanya mengeluh, lebih baik lakukan sesuatu yang besar dan hajar kemunduran sampai titik penghabisan.
6) Sebagai ben, apa kalian memerlukan sebuah imej/citra?
Jrx: Jika kamu ingin meraih langit, citra sangat signifikan karena setiap band memerlu-kan wajah. Sama seperti manusia, wajah [citra] ini ber-fungsi untuk dijadikan kekuatan yang membedakan-mu dengan band/manusia yang lain. Dan citra tidak harus identik dengan fashion. Attitude, movement, lirik, dll bisa menjadi citra/wajah setiap band.
7) Apa yang membuat SID lebih terekspos dari ben-ben Bali lainnya? Apakah di Bali tidak memiliki basis media yang kuat (khususnya untuk musik cutting-edge)? Atau kalian merasa ada sentralisme pada permusikan Indonesia?
Jrx: Yup, Bali belum memiliki basis media yang kuat. Semua masih terpusat di Jakarta. SID terekspos karena kami melakukan sesuatu yang layak di-ekspos. Bukan karena skandal infotainment pastinya.
8) Seandainya SID tak berlanjut, mungkin kalian tak akan merealisasikan mimpi agung-nya, yaitu tur Amerika. Ada 2 tur lagih! Pada tur Vans Warped kalian cuma tampil sebagai ben ‘ecek-ecek’ (baca: kurang famous) sedangkan di tur From Bali with Rock kalian hadir sebagai headliner. Apa perbedaan yang kalian rasakan dari 2 tur tersebut? Dan setelah merasakan panggung bergengsi dalam festival dunia, apa yang berbeda dari event-event lainnya?
Jrx: Tidak ada perbedaan besar karena di US walaupun kami headliner, tetap saja orang sana mostly tidak tahu SID. Faktor perjuangannya sangat dominan. Perbedaan event internasional dengan event lainnya lebih pada disiplin waktu yang akurat dan masalah kebersihan. Orang Indonesia harus lebih sadar kebersihan dan menghilangkan kebiasaan jam karet.
9) Saya teringat statement dari promoter lokal ternama, bahwa yang membuat ben-ben Indonesia sulit go international adalah perkara bahasa/lirik. Tapi dengan berhasilnya SID tur ke Amerika telah melabrak argument-argumen yang sama. Kalo bagi kalian, apa yang membuat ben-ben lokal susah tembus ke skala dunia? Atau, semua itu memang ada faktor keberuntungan juga?
Jrx: Hukum alam. Mungkin karena memang belum waktunya. Jika harus terjadi, pasti akan terjadi. Everything happens for a reason.
10) Secara kultur musik, kalian kan juga mengadopsi budaya luar. Tapi selama tur di Amerika kalian merasa ada penilaian ‘dibanding-bandingkan’ ‘ga?
Jrx: Gak ada, mungkin publik AS sudah melewati fase 'membanding-bandingkan' band ini dengan band itu. Mereka lebih kepada sikap take it or leave it. Jika suka, mereka tunjukkan dukungan, jika tidak suka ya mereka pergi. Fair dan gak banyak basa basi seperti di Indonesia.
11) SID pernah buat DVD tur Australia. Ada rencana tur Amerika kemarin dibuatkan DVD-nya juga? Kalo iya, kapan dirilis?
Jrx: Sedang di-edit, mudah-mudahan rilis sebelum 2010.
12) Ehm! Selama tur Amerika kemarin kalian dapet groupis ‘ga?
Jrx: No comment.
13) Sebelumnya, sejauhmana kalian mengetahui fanbase SID di luar Indonesia, terutama Amerika?
Jrx: Kami mengetahuinya lewat Myspace, ada beberapa warga AS yang menyimak perjalanan SID dan memesan merchandise/CD untuk dikirim ke AS. Walaupun jumlahnya tidak fantastis, lumayanlah daripada tidak ada sama sekali.
14) Baru-baru ini SID mendeklarasikan para “Outsiders” wanita dengan sebutan “Lady Rose”. Ada alasan khusus?
Jrx: Agar wanita dalm dunia punkrock lebih dihargai dan dilindungi. Tidak dianggap sebagai pelengkap saja karena sejatinya peran mereka juga besar. Selain itu juga untuk mengikis image 'machoisme' yang berlebihan dalam punkrock. Kami sudah muak dengan stigma punkrock itu simbol kekerasan/kejantanan. Itu semua omong kosong manusia-manusia berpikiran sempit. Punkrock tidak mengenal jenis kelamin, ras, dan strata sosial. Punkrock ada untuk semua manusia tanpa terkecuali. Miskin-kaya tua-muda laki-perempuan, semua bebas menikmati punkrock.
15) Banyak ben-ben luar (terutama yang cutting-edge) lebih mengharapkan ‘pemasukannya’ dari hasil tur dibanding penjualan album. Kalian sendiri bagaimana?
Jrx: Sama.
16) Dengan partisipasi kalian dalam tur Vans Warped, ini tentu menambah reputasi kalian. Dengan begitu, apa ‘bayaran’ kalian juga naik?
Jrx: Tergantung acaranya. Kemarin konser amal untuk Padang kita tidak dibayar dan ikut menyumbangkan donasi dalam bentuk lelang t-shirt/CD SID. Tapi kalau acaranya memang komersial dan disponsori korporat besar, kenapa harus malu meminta bagian yang besar juga. Realistis tidak ada salahnya.
17) Melihat style kalian yang rockabilly, jelas SID punya influens sisi western yang cukup kuat. Tapi saat tur Vans Warped kalian mengenakan pakaian adat Bali. Apa ini hanya pendomplengan identitas aja supaya mendapat simpatik? Bukankah sebelumnya kalian mengumbar nilai-nilai be yourself?
Jrx: Pertanyaanmu agak norak sebenarnya [hehehe-red] but anyway, kita memakai pakaian adat Bali karena beberapa alasan;
1. Publik AS tidak tahu Bali/Indonesia itu seperti apa dan pakaian adat bisa menjadi penegas darimana kita berasal.
2. Posisi kita di sana sebagai duta Indonesia dan tour kita memang bertujuan mempromosikan Bali/Indonesia.
3. Kita tetap menjadi diri sendiri karena di Bali kita sering memakai pakaian adat untuk beberapa acara yang bersifat adat.
18) Bagaimana pengklaiman budaya atas negara lain yang belum lama ini terjadi, bahkan tari Pendet dari Bali sempat kena imbasnya.
Jrx: Basi. Tiba-tiba semua orang menjadi patriotik berlebihan. Tidak mau melihat fenomena ini lebih luas dan bijak. Maunya perang dan perang. Lebih baik perbaiki dulu negara kita, benahi sistem pendidikan dan kesehatan untuk warga miskin, kurangi jumlah pengangguran. Kalau sudah kuat baru kita bicara perang. Tapi SID tidak pernah mendukung perang. Perang tidak pernah menyelasaikan masalah tapi menambah masalah. Buktinya sudah banyak: Iraq, Israel, Palestina. Semua masalah bisa diselesaikan tanpa harus menghilangkan nyawa manusia-manusia tidak bersalah. Fuck war!
19) Seandainya Bali berpisah dari Indonesia dan menjadi negara tunggal, kalian sepakat ngga?
Jrx: Haha. Gak mau dan gak mungkin bisa, listrik saja Bali masih tergantung sama Jawa. Cuma orang gila yang berpikir Bali bisa menjadi negara tunggal karena faktanya Bali masih sangat tergantung dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia.
20) Pernah ngga kalian ditolak orang tua pacar karena penampilan kalian yang rock n roll?
Jrx: No comment.
21) Ok. Ada yang ingin ditambahkan?
Jrx: Jaga dan hormati bumi ini maka ia akan membalasnya dengan cinta. Masa depan semesta ini kita semua yang menentukan.
http://heriexkloning.blogspot.com
Rabu, 21 April 2010
Wawancara Superman Is Dead- Jurnallica Webzine
Diposting oleh Heriex Kloning (Kumpulan Lowrider Jatibening) di 22.58.00 Label: jerinx, majalah, outsider, superman is dead, wawancara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar